Rabu, 20 Oktober 2010

Faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan dalam Belajar

Lingkungan Sekitar

  • Orang Tua
  • Guru
  • Teman

Walaupun tentu saja kecerdasan anak sendiri sangat mempengaruhi kesuksesan dalam belajar, namun karena hal tersebut adanya di dalam dan bukan faktor luar maka hal itu tidak disertakan dalam faktor lingkungan sekitar.

Tentu saja peran orang tua dan guru sangat penting dalam pendidikan anak atau murid-muridnya, tetapi pertanyaannya adalah bagaimana mengembangkan sikap yang independen dan kreatif dalam proses belajar dan bukan hasil instan yang hanya berhasil bila ada pengawasan dari orang tua atau guru.

Dan satu faktor yang perlu diperhatikan adalah pergaulan dengan teman seperti dikatakan oleh Ralph Waldo Emerson dengan baik, “Saya membayar kepala sekolah tetapi anak-anak sekolah lah yang mendidik anak laki-laki saya”.

Sarana Belajar

  • Tersedianya Buku yang Berkualitas
  • Suasana Tempat Belajar
  • Alat Bantu: Komputer dan Koneksi Internet

Buku-buku yang berkualitas di rumah, di perpustakaan sekolah, turut berperan dalam perkembangan belajar anak terutama dalam pengembangan minat membaca anak-anak.

Satu hal yang cukup penting dalam proses belajar pada era teknologi ini adalah komputer dan koneksi internet. Begitu banyak informasi berkualitas yang gratis yang tersedia di internet yang dapat dimanfaatkan dalam perkembangan belajar anak.

Cara Belajar

  • Belajar Sedikit Demi Sedikit
  • Membaca Cepat “Speed Reading”

Satu ungkapan terkenal dari Bill Gates, pendiri Microsoft adalah “You do it bit by bit”. Dia mengungkapkan itu untuk menjelaskan proses pembuatan program komputer. Pembuatan program adalah proses yang memakan waktu yang panjang yang tidak bisa dilakukan seketika yang memerlukan energi besar dan pikiran yang mendalam untuk menyelesaikannya. Ungkapan itu bisa juga diterapkan dalam proses belajar. Pada umumnya murid-murid masih terbiasa dengan belajar pada saat-saat akhir, sehari sebelum ulangan. Tidak mengherankan bila prestasi belajarnya juga tidak terlalu baik.

Salah satu teknik membaca yang perlu diketahui adalah teknik membaca cepat. Dengan teknik ini kita diajarkan untuk membaca indek, daftar isi, judul dan sub judul dan membaca isinya secara cepat dengan hanya menggunakan mata dan jangan menggunakan bibir, dan membaca pertanyaan-pertanyaannya. Dalam waktu yang singkat, kita diharapkan telah mengetahui secara umum apa yang dibahas dalam buku tersebut. Apa yang diajarkan teknik itu adalah agar kita segera mengetahui isi keseluruhan buku secara umum sehingga bila memerlukan untuk membacanya di lain waktu, kita telah mengetahui di buku mana dan bagian mana kita bisa membacanya kembali. Jadi jangan salah menilai bahwa setelah membaca cepat selesailah tugas kita membaca buku yang dimaksud.

 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak

Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi meramalkan sukses terhadap prestasi belajar. Namun IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin sukses di masyarakat.
Dalam rangka Seminar Sehari tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Anak dan Kurikulum Berbasis Komputensi di Sekolah Dasar
Pengaruh Pendidikan dan Pembelajaran Unggul
Seorang secara genetis telah lahir dengan suatu organisme yang disebut inteligensi yang bersumber dari otaknya. Struktur otak telah ditentukan secara genetis, namun berfungsinya otak tersebut menjadi kemampuan umum yang disebut inteligensi, sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya (Semiawan, C, 1997).Pada kala bayi lahir ia telah dimodali 100 – 200 milyar sel otak dan siap memproseskan beberapa trilyun informasi. Cara pengelolaan inteligensi sangat mempengaruhi kualitas manusianya, tetapi sayang perlakuan lingkungan dalam caranya tidak selalu menguntungkan perkembangan inteligensi yang berpangaruh terhadap kepribadian dan kualitas kehidupan manusia. Ternyata dari berbagai penelitian bahwa pada umumnya hanya kurang lebih 5% neuron otak berfungsi penuh (Clark, 1986).
Lingkungan pendidikan dan berbagai pusat pelatihan serta tempat kerja kita kini juga dipengaruhi oleh lingkungan global yang merupakan berbagai pengaruh eksternal dalam dinamika berbagai aspek kehidupan di dunia, Lingkungan global yang mengadung pengertian tereksposnya kita oleh kehidupan komunitas global menuntut adaptasi masyarakat kita pada kondisi global dan pada gilirannya menuntut adaptasi individu untuk bisa bertahan di masyarakat di mana ia hidup.
Interface antar berbagai stimulus lingkungan melalui interaksi untuk mewujudkan aktualitasasi diri individu secara optimal dalam masyarakat di mana ia hidup dan juga aktualisasi daerah pada masyarakat yang lebih luas, nasional maupun global, inilah yang harus menjadi perhatian pengelola ataupun atasan atas perlakuan subjek SDM, dalam hal kita, para guru dalam perlakuannya terhadap peserta didik. Interaksi yang terjadi dalam prilaku anak-anak kita. Namun secara reciprocal (timbal balik) perlakuan yang diterjadikan adalah cermin kehidupan masyarakat di mana ia hidup.
Menghadapi era global di masa yang akan datang, diharapkan kesadaran tentang reformasi pendidikan memenuhi kondisi masa depan yang dipersyaratkan (necessary condition to be fullfield). Kurun waktu milenium ke 3 dari proses kehidupan manusia sudah berjalan, dan abad ke-21 serta abad ke-22 ini bukan saja merupakan abad-abad baru, melainkan juga peradaban baru. Hal ini dikarenakan betapapun mengalami krisis moneter, Indonesia akan terkena juga oleh restrukturisasi global dunia yang sedang berlangsung. Restrukturisasi dunia, yang terutama ditandai oleh berbagai perubahan dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan aspek kehidupan lain, mempengaruhi setiap insan manusia, laki, perempuan, anak di negara berkembang maupun di negara maju, tidak terkecuali negara Indonesia, dan terutama berdampak terhadap orientasi pendidikan.


Perkembangan dan Pengukuran Otak
Sebagaimana tadi dikatakan, maka cara penggunaan sistem kompleks dari proses pengelolaan otak ini sebenarnya sangat menentukan inteligensi maupun kepribadian dan kualitas kehidupan yang dialami seorang manusia, serta kualitas manusia itu sendiri. Untuk meningkatkan kecerdasan anak maka produksi sel neuroglial, yaitu sel khusus yang mengelilingi sel neuron yang merupakan unit dasar otak, dapat ditingkatkan melalui berbagai stimulus yang menambah aktivitas antara sel neuron (synaptic activity), dan memungkinkan akselerasi proses berfikir(Thompsn, Berger, dan Berry, 1980 dalam Clark, 1986). Dengan demikian inteligensi manusia dapat ditingkatkan, meskipun dalam batas-batas tipe inteligensinya.
Secara biokimia neuron-neuron tersebut menjadi lebih kaya dengan memungkinkan berkembangnya pola pikir kompleks. Juga banyak digunakan berkembangnya aktivitas “Prefrontal cortex” otak, sehingga terjadi perencanaan masa depan, berfikir berdasarkan pemahaman dan pengalaman intuitif, Prefrontal cortex yang terutama tumbuh pada ketika anak berumur duabelas sampai enambelas tahun mencakup juga kemampuan melihat perubahan pola ekstrapolasi kecendrungan hari ini ke masa depan; regulasi diri serta strategi “biofeedback” dan meditasi; berfikir sistem analisis;yang merupakan aspek-aspek bentuk tertinggi kreativitas serta memiliki kepekaan sosial, emosional maupun rasional (Goodman, 1978, dalam Clark, 1986). Sifat-sifat manusia ini banyak terkait dengan sifat-sifat inisiatif dan dorongan mencapai kemandirian dan keunggulan.
Otak dewasa manusia tidak lebih dari 1,5 kg, namun otak tersebut adalah pusat berfikir, perilaku serta emosi manusia mencerminkan seluruh dirinya (selfhood), kebudayaan, kejiwaan serta bahasa dan ingatannya. Descartes pusat kesadaran orang, ibarat saisnya, sedangkan badan manusia adalah kudanya. Meskipun kemudian ternyata, bahwa perilaku manusia juga dipengaruhi oleh ketidaksadarannya (freud dalam Zohar, 2000:39), kesadaran manusia yang oleh Freud disebut rasionya merupakan kemampuan umum yang mengontrol seluruh perilaku manusia. Berbagai penelitian kemudian membuktikan bahwa kemampuan rasional tersebut biasa diukur dengan IQ (Intelligence Quetient). Meskipun kini terbukti bahwa orang memiliki lebih dari satu inteligensi menurut teori Gardner ada 8 (teori Multiple Intelligence), ukuran yang disebut IQ mengukur kemampuan umum yang bersifat tunggal masih sering dipakai untuk menandai kemampuan intelektual dan prestasi belajar. Ternyata bahwa otak tersebut masih menyimpan berbagai kemungkinan lain.
“Celebral Cortex” otak dibagi dalam dua belahan otak yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut “corpus callosum”. Belahan otak kanan menguasai belahan kiri badan, sedangkan belahan otak kiri menguasai belahan kanan badan. Respons, tugas dan fungsi belahan kiri dan kanan berbeda dalam menghayati berbagai pengalaman belajar, sebagaimana seorang mengalami realitas secara berbeda-beda dan unik. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk merespons terhadap hal yang sifatnya linier, logis, teratur, sedangkan yang kanan untuk mengembangkan kreativitasnya, mengamati keseluruhan secara holistik dan mengembangkan imaginasinya. Dengan demikian ada dua kemungkinan cara berfikir, yaitu cara berfikir logis, linier yang menuntut satu jawaban yang benar dan berfikir imaginatif multidimensional yang memungkinkan lebih dari satu jawaban.
Kecerdasan (Inteligensi) Emosional
* Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi meramalkan suskse terhadap prestasi belajar. Namun IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin sukses di masyarakat (Segal, 1997:14). Pada permulaan tahun sembilan puluhan berbagai penelitian menunjukkan (Segal, 1997:5) bahwa diinspirasi oleh berbagai psikolog humanis seperti Maslow, Rollo May, Carl Rogers yang sangat memperhatikan segi-segi subyektif (perasaan) dalam perkembangan psikolog, eksplorasi tentang emosi telah menunjuk pada sumber-sumber emosi (Segal, 1997, Goleman, 1995).
Ternyata bahwa emosi selain mengandung persaan yang dihayati seseorang, juga mengandung kemampuan mengetahui (Menyadari) tentang perasaan yang dihayati dan kemampuan bertindak terhadap perasaan itu. Bahkan pada hakekatnya emosi itu adalah impuls untuk bertindak.
Goleman menyatakan bahwa selain rational mind, seorang memiliki an emotional main yang masing-masing diukur oleh IQ dan EQ dan bersumber masing-masing dari head dan heart. kedua kehidupan mental tersebut, meskipun berfungsi dengan cara-caranya sendiri, bekerjasama secara sinergis dan harmonis.
* Homo sapiens yang memiliki neocortex(otak depan) yang merupakan sumber rasio, yaitu otak depan, terdiri dari pusat-pusat yang memahami dan mendudukan apa yang diamati oleh alat dria kita. Dalam evolusi tentang pengtahuan kemampuan organisma, ternyata bahwa penanjakan kehidupan manusia dalam peradaban dan kebudayaan adalah kerja neocortex yang ternyata juga menjadi sumber kemampuan seseorang untuk perencanaan dan strategi jangka panjang dalam mempertahankan hidup (Goleman, 1995:11).
Perkembangan ini menjadi otak memiliki nuansa terhadap kehidupan emosional seseorang. Struktur lymbic (sumsum tulang belakang) menghidupkan perasaan tentang kesenangan dan keinginan seksual, yaitu emosi yang mewujudkan sexual passion. Namun keterkaitan sistem lymbic tersebut dengan neocortex menumbuhkan hubungan dasar ibu-anak, yang menjadi landasan untuk unit keluarga dan commitment jangka panjang untuk membesarkan anak (spesi yang tidak dimiliki organisma ini seperti binatang melata, tidak memiliki kasih sayang) dan sering membunuh dan /atau menghancurkan anaknya sendiri. Masa anak dan masa belajar panjang (long childhood) bersumber dari saling keterhubungan neuron-neuron dalam ‘pabrik’ otak ini.
* Amygdala adalah neuron yang mewujudkan struktur keterhubungan di atas brainstem dekat dasar dari limbic ring(cincin sumsum tulang belakang antara emosi dan rasio). Amygdala adalah tempat penyimpanan memori emosi.
Joseph Le Doux, neoroscientist dari Center for Neural Scince New York University menemukan peran penting amygdala dalam otak emosional. Amygdala menerima input langsung melalui alat dria dan memberikan signal kepada neocortex, namun juga dapat memberikan respons sebelum tercatat di neocortex. Jadi ada kemungkinan respons manusia sebelum ia berfikir.
(Sumber : website Direktorat Pembinaan TK dan SD – Departemen Pendidikan Nasional)

Sumbaer : (www.idp-europe.org/)

 

Hambatan belajar dan perkembangan
Sebagaimana dapat dilihat di atas, hambatan belajar dan perkembangan dapat terdiri dari
banyak bentuk. Di masa lalu, pendekatan-pendekatan pengajaran anak yang berkelainan
ditentukan oleh diagnosis medis yang diberikan kepada mereka. Dengan pendekatan
tersebut, anak-anak dengan diagnosis yang serupa harus diajar dengan cara yang sama.
Sekarang kita menyadari bahwa walaupun pembelajaran akan dipengaruhi oleh kecacatan,
tetapi ada faktor-faktor lain yang lebih penting. Faktor-faktor tersebut dapat terletak
dalam pengalaman tergantung pada:
• Lingkungan, termasuk sikap terhadap anak-anak pada umumnya dan terhadap
anak tertentu karena:
lingkungan yang tidak responsif dan kurang stimulasi
Pemahaman atau kesalahpahaman guru akan proses pembelajaran.
Isi, pendekatan pengajaran dan materi pembelajaran
Faktor-faktor lingkungan umum yang berkaitan dengan kondisi sosial,
ekonomi dan politik di masa lalu dan sekarang
• Faktor-faktor dalam diri anak termasuk:
Keingintahuan
Motivasi
Inisiatif, interaksi dan komunikasi
Kompetensi sosial
Kreatifitas
Temperamen
Dorongan untuk belajar dan gaya belajar
Kemampuan
• Hakikat dan tingkat kecacatan kecacatan, jika ini merupakan bagian dari
gambaran tentang anak itu.
Dari poin-poin di atas kita dapat melihat bahwa hambatan belajar dapat terjadi juga
ketika tidak ada kecacatan terlibat di sana. Kita juga dapat melihat kompleksitas dan
multiplisitas kondisi pembelajaran itu. Diharapkan dengan mempertimbangkan semua
faktor ini akan meningkatkan pemahaman kita tentang keunikan setiap individu anak.
Apa yang harus kita ingat adalah bahwa menghadapi keunikan dapat menjadi tantangan
yang besar dalam sebuah kelas dan khususnya dalam kelas yang besar.
Konsep “hambatan belajar dan perkembangan” menarik perhatian kita pada kesulitan
dan tantangan yang dapat muncul di setiap kelas, kesulitan-kesulitan yang dapat dihadapi
oleh semua anak. Namun, konsep ini juga membantu kita menyadari besarnya implikasi
dari hambatan belajar yang disebabkan oleh faktor sensori, motorik, kognitif, emosional
dan lingkungan. Ini membantu kita menyadari bahwa, misalnya, penguasaan Braille oleh
seorang anak tunanetra tidak mengatasi semua hambatan akibat ketunanetraannya.

 

FAKTOR EKSTERNAL-INTERNAL DLAM BELAJAR

Tidak bisa disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Sehingga bagi pelajar sendiri adalah penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya. Menurut Slameto (2003:54) “Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat dibedakan menjadi 2, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Factor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu”. Faktor intern meliputi faktor jasmani (kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologi (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan), dan faktor kelelahan. Dalam penelitian ini, faktor internal yang diteliti adalah intelegensi, bakat dan motif.  Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga (cara mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, disiplin sekolah, keadaan sekolah, tugas rumah), dan faktor masyarakat (teman bergaul, mass media dan kegiatan dalam masyarakat). Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah faktor internal (X1) yang meliputi intelegensi (X1.1), bakat (X1.2) dan motif (X1.3), dan faktor eksternal (X2) yang meliputi cara mendidik orang tua (X2.1), keadaan ekonomi keluarga (X2.2), disiplin sekolah (X2.3), keadaan gedung (X2.4), kegiatan siswa dalam masyarakat (X2.5) dan teman bergaul (X2.6).

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X Program Keahlian Penjualan, SMK Pemuda 1 Kesamben Blitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif korelasional dan analisis regresi berganda, data diperoleh dengan menggunakan teknik kuesioner tertutup. Populasi siswa kelas X Program Keahlian Penjualan sebanyak 180 siswa, sedangkan pengambilan sampel menggunakan teknik cluster proporsional random sampling. Jumlah sampel yang diambil sesuai dengan perhitungan sebanyak 36% pada masing-masing kelas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan  SPSS for Windows 13.00.

Setelah dilakukan proses pengolahan data dan analisis regresi berganda diketahui hasil penelitian secara parsial menunjukkan,  (1) intelegensi, dari hasil analisis data menunjukkan intelegensi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar, (2) bakat, dari hasil analisis data menunjukkan bakat berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar, (3) motif, dari hasil analisis data menunjukkan motif berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar, (4) cara mendidik orang tua, dari hasil analisis data menunjukkan cara mendidik orang tua berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi belajar. (5) keadaan ekonomi keluarga, darai hasil analisis data menunjukkan keadaan ekonomi keluarga berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. (6) disiplin sekolah, dari hasil analisis data menunjukkan disiplin sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. (7) keadaan gedung, dari hasil analisis data menunjukkan keadaan gedung berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. (8) kegiatan siswa dalam masyarakat, dari hasil analisis data menunjukkan kegiatan siswa dalam masyarakat berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. (9) teman bergaul, dari hasil analisis data menunjukkan teman bergaul tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Sedangkan berdasarkan uji ANOVA menunjukkan bahwa hipotesis kerja yang dinyatakan ada pengaruh yang signifikan antara faktor internal dan eksternal secara simultan terhadap prestasi belajar. Hal ini didukung dengan adanya nilai adjusted R square sebesar 0,439 yang berarti faktor internal dan eksternal mempengaruhi prestasi belajar sebesar 43,9%, sedangkan sisanya 56,1% dipengaruhi faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan secara parsial terdapat 6 variabel yang menunjukkan signifikansi terhadap prestasi belajar, yaitu intelegensi, bakat, motif, keadaan ekonomi keluarga, keadaan gedung, kegiatan siswa dalam masyarakat. Secara simultan faktor internal dan eksternal terhadap prestasi belajar.

 Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan temuan yang telah diperoleh adalah (1) Bagi sekolah ; faktor sekolah berpengaruh pada prestasi siswa oleh karena itu sebaiknya pihak sekolah senantiasa mempertahankan dan meningkatkan kondisi lingkungan sekolah secara optimal agar menunjang proses belajar mengajar, meningkatkan pemenuhan sarana dan prasarana belajar serta membuat kebilakan-kebijakan yang berkaitan dengan upaya peningkatan prestasi belajar siswa. (2) Bagi orang tua ; senantiasa memperhatikan belajar anaknya, khususnya dalam hal pengawasan perilaku dan pemenuhan kebutuhan belajar di sekolah maupun di rumah, memotivasi anak untuk tekun belajar, menjalin komunikasi yang baik dengan anak, serta memberikan kasih saying yang cukup untuk mendorong kesuksesan belajar anak. (3) Bagi siswa ; lebih giat dalam meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi pelajaran, tidak mudah menyerah/putus asa jika menghadapi kesulitan serta selalu menjaga kondisi kesehatan jasmani dan rohani agar dapat mengikkuti pelajaran dengan baik. (4) Bagi peneliti selanjutnya ; bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji permasalahan serupa, sebaiknya menambah variabel yang akan diteliti, mengingat masih terdapat variabel lain baik di dalam maupun di luar faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.


 

Faktor-Faktor Pendukung Kegiatan Belajar

Faktor internal

Faktor internal merupakan motivasi idealis yang membantu seseoarang dalam belajar. Seseorang yang memiliki motif internal akan lebih kuat dalam proses belajarnya dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya. Motif internal lahir dari perenungan tentang konsep diri (filosofis) yang mempertanyakan manfaat belajar itu sendiri. Seseorang belajar tentunya karena sadar akan ketidaktahuan dirinya menguasai suatu pengetahuan atau keterampilan. Seseorang yang sadar akan ketidaktahuan dirinya menguasai  suatu pengetahuan atau keterampilan, maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mempelajarinya. Inilah motif internal dalam diri manusia untuk memulai proses belajar.

Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah seluruh faktor yang mendukung proses belajar di luar motif idealis yang dibahas di atas. Faktor eksternal meliputi peran dari orang tua, pengajar, dan lingkungan sekitar. Faktor ini sering terabaikan yang diakibatkan oleh sifatnya hanya tekanan atau paksaan yang diterima oleh murid. Murid yang telah menganggap belajar hanya sebagai paksaan atau perintah pengajar, maka belajar baginya hanya sekedar tuntutan kewajiban, yang jika tidak dilakukan akan mendapatkan hukuman.  Kondisi yang dapat mengurangi motivasi belajar murid adalah ketika guru mendominasi proses belajar maka murid dijadikan sebagai objek pasif yang hanya mendengarkan dan mentaati semua perintah guru.

Kriteria pengajar yang diharapkan adalah:

  • Pengajar mampu memahami perbedaan sifat dan karakteristik siswa yang satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menjamin proses belajar dapat berjalan secara dinamis.
  • Pengajar mampu berdialog secara rasional untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
  • Pengajar yang mampu menciptakan, memperkaya, dan menyesuaikan metode mengajarnya untuk menarik dan memelihara minat siswanya.
  • Pengajar  yang mampu melibatkan siswanya dalam proses pembelajaran dengan keyakinan bahwa semua siswanya dapat belajar secara aktif
  • Pengajar  memahami  bidang ilmu yang diajarkan dan mampu menghubungkan dengan bidang ilmu lain serta menerapkannya dalam dunia nyata.

 

MODUL 1
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Bahasa dan Belajar Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat terbagi atas dua unsur utama yakni bentuk (arus ujaran) dan makna (isi).

Fungsi bahasa, yaitu sebagai (1) fungsi informasi, (2) fungsi ekspresi diri, (3) fungsi adaptasi, (4) fungsi kontrol sosial.

Fungsi khusus bahasa Indonesia, yaitu (1) alat menjalankan administrasi negara, (2) alat pemersatu, (3) wadah penampung kebudayaan.

Belajar merupakan perubahan perilaku manusia atau perubahan kapabilitas yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman.

Belajar merupakan perubahan perilaku manusia atau perubahan kapabilitas yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman belajar dipengaruhi oleh faktor faktor internal.

Kegiatan Belajar 2
Strategi Pembelajaran Bahasa

Strategi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Di dalam proses pembelajaran guru harus memiliki strategi agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Salah satu unsur dalam strategi pembelajaran adalah menguasai teknik-teknik penyajian atau metode mengajar

Beberapa teknik penyajian dalam pembelajaran bahasa, yaitu:

  1. diskusi;
  2. inkuiri;
  3. sosiodrama atau bermain peran;
  4. tanya-jawab;
  5. penugasan;
  6. latihan;
  7. bercerita;
  8. pemecahan masalah;
  9. karya wisata.

Ciri-ciri penggunaan metode pembelajaran itu baik, apabila semua kegiatan pembelajaran dapat:

  1. mengundang rasa ingin tahu murid;
  2. menantang murid untuk belajar;
  3. mengaktifkan mental, fisik dan psikis murid;
  4. memudahkan guru;
  5. mengembangkan kreativitas murid;
  6. mengembangkan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari

 

MODUL 2
PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SD

Kegiatan Belajar 1
Pendekatan Whole Language dalam Pembelajaran Bahasa

Whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham constructivism. Dalam whole language bahasa diajarkan secara utuh, tidak terpisah-pisah; menyimak, berbicara, membaca, dan menulis diajarkan secara terpadu (integrated) sehingga siswa dapat melihat bahasa sebagai suatu kesatuan.

Dalam menerapkan whole language guru harus memahami dulu komponen-komponen whole language agar pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal. Komponen whole language adalah reading aloud, jurnal writing, sustain silent reading, shared reading, guided reading, guided writing, independent reading, dan independent writing.

Kelas yang menerapkan whole language merupakan kelas yang kaya dengan barang cetak, seperti buku, majalah, koran, dan buku petunjuk. Di samping itu, kelas whole language dibagi-bagi dalam sudut-sudut yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan secara individual di sudut-sudut tersebut.

Selanjutnya, kelas whole language menerapkan penilaian yang menggunakan portofolio dan penilaian informal melalui pengamatan selama pembelajaran berlangsung

Kegiatan Belajar 2
Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan dalam proses belajar-mengajar yang sesuai dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendekatan ini memberikan pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan yang cocok untuk memperoleh serta mengembangkan kompetensi bahasa yang kita pelajari, dalam hal ini bahasa Indonesia.

Fokus pembelajarannya tidak hanya pada pencapaian tujuan pembelajaran saja, melainkan juga pada pemberian pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Pengelolaan kelas dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan pengaturan kelas, baik secara fisik maupun nonfisik. Pengaturan dilakukan sedemikian rupa agar siswa mempunyai keleluasaan gerak, merasa aman, bergembira, bersemangat, dan bergairah untuk belajar. Dengan kondisi yang demikian, materi yang diberikan kepada siswa akan mencapai hasil yang maksimal.

Sementara itu, beberapa aspek yang dibahas dalam KB 2 ini mencakup tiga hal penting, yakni Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses, Prinsip-prinsip Pendekatan Keterampilan Proses, dan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Keterampilan Proses. Ketiga hal tersebut dipaparkan berdasarkan gambaran dasar yang terdapat dalam pendekatan keterampilan proses.

Kegiatan Belajar 3
Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa dan mengembangkan prosedur-prosedur bagi empat keterampilan berbahasa, yang mencakup menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dan mengakui saling ketergantungan bahasa dan komunikasi, dan bahasa yang dimaksud dalam konteks ini tentu saja bahasa Indonesia. Beberapa hal yang berkait langsung dengan konsep ini adalah latar belakang munculnya pendekatan komunikatif, ciri-ciri utama pendekatan komunikatif, aspek-aspek yang berkaitan erat dengan pendekatan komunikatif, dan penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Munculnya pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa bermula dari adanya perubahan-perubahan dalam tradisi pembelajaran bahasa di Inggris pada tahun 1960-an, yang saat itu menggunakan pendekatan situasional. Dalam pembelajaran bahasa secara situasional, bahasa diajarkan dengan cara mempraktikkan/melatihkan struktur-struktur dasar dalam berbagai kegiatan berdasarkan situasi yang bermakna. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, seperti halnya teori linguistik yang mendasari audiolingualisme, ditolak di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1960-an dan para pakar linguistik terapan Inggris pun mulai mempermasalahkan asumsi-asumsi yang mendasari pengajaran bahasa situasional. Menurut mereka, tidak ada harapan/masa depan untuk meneruskan mengajar gagasan yang tidak masuk akal terhadap peramalan bahasa berdasarkan peristiwa-peristiwa situasional. Apa yang dibutuhkan adalah suatu studi yang lebih cermat mengenai bahasa itu sendiri dan kembali kepada konsep tradisional bahwa ucapan-ucapan mengandung makna dalam dirinya dan mengekspresikan makna serta maksud-maksud pembicara dan penulis yang menciptakannya.

Dalam prosedur pembelajaran pendekatan komunikatif, terdapat beberapa garis besar pembelajaran yang harus diperhatikan yakni Penyajian Dialog Singkat, Pelatihan Lisan Dialog yang Disajikan, Penyajian Tanya-Jawab, Penelaahan dan Pengkajian, Penarikan Simpulan, Aktivitas Interpretatif, Aktivitas Produksi Lisan, Pemberian Tugas, dan Pelaksanaan Evaluasi.

Sementara itu, beberapa aspek yang harus diperhatikan kaitannya dengan pendekatan komunikatif adalah teori bahasa, teori belajar, tujuan, silabus, tipe kegiatan, peranan guru, peranan siswa, dan peranan materi. Adapun dalam penerapan pendekatan komunikatif ini, ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni tujuan pembelajarannya dan GBPP yang digunakan. Adapun yang termasuk dalam strategi pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan pendekatan komunikatif adalah pengorganisasian kelas serta metode dan teknik Belajar Mengajar.

 

MODUL 3
KAJIAN KURIKULUM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1
Mengkaji Komponen-komponen dalam Kurikulum Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar

Kurikulum merupakan pedoman utama bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pengajar/pendidik di sekolah, sebagai kompas (penunjuk arah), dan dapat pula berfungsi sebagai alat kontrol. Oleh karena itu, mengkaji kurikulum merupakan tugas yang harus dilakukan guru sebelum pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dilakukan. Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang di dalamnya memuat KHB dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Sekolah Menengah Tingkat Atas yang akan digunakan merupakan kurikulum hasil pengkajian/penilaian terhadap kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1994. Dengan harapan agar mutu pendidikan kita dapat ditingkatkan.

KBK mata pelajaran di SD ada sembilan mata pelajaran, mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran utama, di bawah Pendidikan Agama dan Kewarganegaraan, tetapi mata pelajaran bahasa Indonesia mempunyai alokasi waktu yang terbanyak, khususnya di kelas 1 & 2 yakni sepuluh jam pelajaran per minggu, dan enam jam pelajaran untuk kelas 3 - 6.

Dalam KBK mata pelajaran Bahasa Indonesia SD memuat 7 komponen yang perlu dicermati, yakni (1) Pengertian KBH Bahasa Indonesia, (2) Fungsi dan Tujuan, (3) Kompetensi Umum Bahasa Indonesia, (4) Lingkup Pembelajaran, (5) Pendekatan dan Pengorganisasian Materi, (6) Kompetensi Dasar dan Hasil Belajar, (7) Rambu-Rambu. Komponen-komponen tersebut mempunyai hubungan yang erat antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, perlu dicermati oleh guru maupun pengembang dalam menyusun silabus perencanaan pembelajaran.

Kegiatan Belajar 2
Pengembangan Hasil Kajian Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar

Mata pelajaran Bahasa Indonesia SD, merupakan mata pelajaran strategis karena dengan bahasalah pendidik dapat menularkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan informasi kepada siswa atau sebaliknya. Tanpa bahasa tidak mungkin para siswa dapat menerima itu semua dengan baik. Oleh karena itu, guru sebagai pengemban tugas operasional pendidikan/ pembelajaran di sekolah, dituntut agar dapat mengkaji, mengembangkan kurikulum dengan benar.

KBK mata pelajaran Bahasa Indonesia SD mempunyai enam aspek pembelajaran yang harus dikembangkan di SD dan terdiri atas empat aspek keterampilan utama (menyimak, berbicara, membaca dan menulis), ditambah dua aspek penunjang yakni kebahasaan dan apresiasi Bahasa dan sastra Indonesia SD. Aspek-aspek mata pelajaran Bahasa Indonesia itu dalam pelaksanaan pembelajarannya saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Namun demikian, aspek pembelajaran diberikan seimbang setiap tatap muka, guru dapat menentukan satu penekanan atau fokus saja, agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara cermat dan efektif.

Dari komponen KBK mata pelajaran Bahasa Indonesia SD, guru atau pelaksana pendidikan lainnya diharapkan dapat mengembangkan minimal dalam bentuk silabus. Silabus merupakan seperangkat rencana tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Adapun komponen-komponen minimal dalam silabus adalah (1) Identitas mata pelajaran, (2) Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, Indikator, (3) Langkah Pembelajaran, (4) Sumber/sarana belajar, (5) Penilaian. Materi atau bahan ajar dilampirkan.

Pembelajaran di kelas rendah SD (kelas 1 dan 2), disajikan dengan strategi tematik (terpadu) karena siswa kelas rendah mempunyai kecenderungan memandang sesuatu secara utuh (holistik). Dengan strategi ini diharapkan pembelajaran lebih bermakna

 

MODUL 4
SISTEM FONOLOGI, EJAAN, MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

Kegiatan Belajar 1
Sistem Fonologi, dan Ejaan Bahasa Indonesia

Fonologi adalah ilmu yang membahas tentang bunyi-bunyi bahasa. Fonologi pada umumnya dibagi 2 yakni, fonemik (fonem) yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang berfungsi sebagai pembeda makna, dan fonetik yang membahas bagaimana bunyi-bunyi ujaran itu dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Fonem resmi dalam bahasa Indonesia ada 32 buah, yang terdiri atas, 6 buah fonem vokal, 3 buah fonem diftong dan 23 buah fonem konsonan. Semua fonem-fonem tersebut dihasilkan oleh alat ucap manusia, dari batang tenggorokan sampai ke bibir beserta udara yang ke luar ketika kita bernapas. Hal ini dibahas dalam tataran fonetik. Ada 3 bagian alat ucap dalam menghasilkan bunyi ujaran itu, yakni (1) udara dari paru-paru, (2) artikulator, bagian alat ucap yang dapat digerakkan /digeser ketika bunyi diucapkan, misalnya rahang bawah, lidah , (3) titik artikulasi, yakni bagian alat ucap yang tidak dapat digerakkan (bagian yang menjadi tujuan sentuh artikulator) misalnya, rahang atas, langit-langit lembut, dll.

Selain fonem dan fonetik , hal yang perlu dipahami dalam berujar adalah intonasi. Intonasi mengatur tinggi-rendah, keras-lunak, cepat lambatnya suara dalam berujar sehingga ujaran dapat dipahami oleh pendengar. Jadi intonasi merupakan rangkaian nada yang diwarnai oleh tekanan, durasi, penghentian suara ketika seseorang berujar (berbicara).

Selanjutnya dalam bahasa tulisan, yang dipentingkan adalah ejaan. Dalam ejaan tercakup perangkat peraturan tentang bagaimana menggambarkan lambang-lambang fonem (bunyi ujaran) dan bagaimana interrelasi antara lambang-lambang itu dituliskan dengan benar dalam suatu bahasa. Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia saat ini adalah Ejaan Yang Disempurnakan , yang di dalamnya memuat 5 bab peraturan tentang tata tulis dalam bahasa Indonesia, yakni pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, tanda baca, dan penulisan unsur serapan.

Kegiatan Belajar 2
Sistem Morfologi (Kata) dalam Bahasa Indonesia

Morfologi adalah ilmu bahasa yang membahas tentang bentuk-bentuk kata. Satuan bahasa yang menjadi unsur pembentuk kata disebut morfem. Satuan yang menjadi unsur pembentuk kata ini ada yang telah mengandung makna, disebut gramatis, dan yang belum mengandung makna disebut nongramatis. Selanjutnya morfem ada dua macam, yakni morfem bebas dan morfem terikat.

Morfem bebas merupakan morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata, dan morfem terikat merupakan morfem yang belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk menjadi kata morfem bebas harus melalui proses penggabungan dengan morfem bebas. Dalam bahasa Indonesia morfem terikat dapat dibedakan menjadi dua, yakni morfem terikat pada morfologis, dan morfem terikat pada sintaksis. Morfem terikat morfologis (imbuhan) dalam bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1). Penentu jenis kata dan (2). Penentu makna kata. Sedangkan makna kata dalam kalimat (makna struktural) dapat dipengaruhi olehn hubungan antara kata yang menjadi unsur kalimat tersebut.

Morfem terikat morfologis, ada yang mempunyai variasi atau mengalami perubahan bentuk jika melekat pada kata-kata tertentu. Morfem ini adalah; awalan me-, be-, ter- . Gejala ini disebut alomorf.

Kegiatan Belajar 3
Pembelajaran Fonologi, Ejaan dan Morfologi Bahasa Indonesia Sekolah Dasar

Pembelajaran fonologi, ejaan dan morfologi bahasa Indonesia Sekolah Dasar dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi SD mata pelajaran Bahasa Indonesia, bukan merupakan aspek tersendiri, tetapi merupakan bagian penunjang dari aspek-aspek bahasa Indonesia yang ada (mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis) serta aspek kebahasaan dan apresiasi bahasa dan sastra. Pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran fonologi, ejaan dan morfologi adalah komponen kompetensi dasar mata pelajaran yang di dalamnya memuat kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator. Secara operasionalnya pembelajaran fonologi, ejaan dan morfologi dapat diwujudkan secara terpadu dengan aspek-aspek tersebut di atas. Hal ini sejalan dengan rambu-rambu mata pelajaran Bahasa Indonesia bahwa, pembelajaran bahasa SD yaitu belajar berkomunikasi baik lisan atau tulisan. Untuk mencapai kemampuan berkomunikasi itu, tentu memerlukan ucapan.

Hal itu termasuk dalam tataran pembelajaran fonologi, ejaan, intonasi, dan morfologi. Prinsip yang dapat dijadikan pedomannya, antara lain (1) Pembelajaran diberikan dari yang mudah ke yang sukar, (2) Pembelajaran diberikan secara tematik/terpadu khususnya antaraspek bahasa, (3) Pembelajaran disajikan sesuai konteksnya.

Penyusunan perencanaan pembelajaran fonologi, ejaan dan morfologi terdiri atas tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan penilaian. Komponen-komponen yang dicantumkan dalam perencanaan pembelajaran adalah (a) identitas (b) KBK, HB dan indikator, (c) rumusan TPK (d) langkah pembelajaran (e) bahan, caranya dan sumber (f) penilaian.


MODUL 5
SINTAKSIS BAHASA INDONESIA SD

Kegiatan Belajar 1
Kalimat Bahasa Indonesia SD

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sedangkan frase adalah kelompok kata yang mendukung suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat. Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan atas jumlah kontur, jumlah inti, urutan subjek-predikat, jumlah pola kalimat, bentuk verba (predikat dan kata kerja).

Kegiatan Belajar 2
Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa SD

Tugas guru dalam pembelajaran mengatur supaya terjadi interaksi antara siswa dengan media belajar atau lingkungan belajar itu. Pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekanan mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 1 dan 2 pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan tematik untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Pengelolaan waktunya diserahkan ke sekolah masing-masing. Untuk kelas 3, 4, 5, dan 6. Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekanan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek yang meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis. Mulai kelas 3 menggunakan pendekatan mata pelajaran tunggal sesuai dengan jenis mata pelajaran dalam struktur kurikulum.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia mencakup aspek mendengar, berbicara, membaca, menulis serta unsur pemahaman penggunaan bahasa dan apresiasi sastra. Tujuan pembelajaran ini dapat diupayakan dengan menggunakan langkah-langkah model pembelajaran bermakna, yaitu berikut ini.

  1. Pemanasan-apersepsi.
  2. Eksplorasi.
  3. Konsolidasi pembelajaran.
  4. Pembentukan sikap dan perilaku.
  5. Penilaian formatif.

 

MODUL 6
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBAHASA DI SD

Kegiatan Belajar 1
Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Tulis

Faktor sentral dalam membaca adalah pemahaman. Baik buruknya pemahaman seseorang terhadap teks bacaan bergantung kepada latar belakang pengalaman membacanya, kemampuan sensori dan persepsinya, kemampuannya berpikir dan strateginya mengenal kata, tujuannya membaca, pengamatannya pada bacaan, pentingnya membaca bagi dirinya, serta tersedianya fasilitas yang berupa berbagai strategi pemahaman yang akan membantunya mengungkap maksud yang tersirat dalam teks.

Dengan adanya tujuan membaca yang jelas, kemampuan siswa memahami teks bacaan akan meningkat. Untuk itu, guru harus mempelajari bagaimana cara menentukan tujuan yang baik untuk tugas-tugas membaca yang diberikan kepada siswa.

Karakteristik teks bacaan mempengaruhi proses pemahaman siswa. Banyaknya kalimat kompleks dalam teks bacaan harus mendapat perhatian guru sebab dapat menyulitkan siswa untuk memahami teks bacaan.

Kegiatan prabaca, saat membaca, dan pascabaca yang dikelola dengan baik oleh guru merupakan upaya untuk meningkatkan daya pemahaman siswa dalam pembelajaran membaca. Teknik-teknik yang dapat digunakan guru untuk mengelola kegiatan prabaca adalah gambaran awal, petunjuk antisipasi, pemetaan semantik, menulis sebelum membaca, dan drama atau simulasi. Untuk mengelola kegiatan inti membaca digunakan teknik metakognitif, cloze procedure, dan pertanyaan pemandu. Untuk mengelola kegiatan pascabaca digunakan teknik memperluas kesempatan belajar, mengajukan pertanyaan, mengadakan pameran visual, pementasan teater aktual, menceritakan kembali, dan penerapan hasil membaca.

Menulis dapat adalah sebagai suatu proses ataupun produk. Dilihat dari segi prosesnya, menulis dapat dimulai dari menggerakkan pensil di atas kertas sampai terwujud karangan juga dapat dimulai dari memilih buku yang akan dibaca, mencatat bagian-bagian yang diperlukan, kemudian digunakan untuk bahan yang dibicarakan dalam karangan.

Pada diri siswa, keterampilan menulis dibangun guru melalui banyak latihan dengan menggunakan teknik atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Beberapa teknik pembelajaran menulis yang dapat digunakan guru, misalnya menulis secara langsung tanpa mempedulikan teori, memulai menulis dari bagian yang paling disukai siswa, menulis nonlinear atau menulis yang didasari dengan kegemaran membaca.

Pembelajaran menulis dilaksanakan dalam jam pelajaran dan di luar jam pelajaran. Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis di kelas adalah bermain-main dengan bahasa dan tulisan, kuis, membuat atau mengganti akhir cerita, dan menulis meniru model. Di luar jam pelajaran, guru dapat menggunakan strategi menulis buku harian, menyelenggarakan majalah dinding atau membuat kliping, yang semuanya diarahkan agar siswa senang menulis.

Kegiatan Belajar 2
Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Lisan

Hakikat menyimak adalah sebagai sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respons atau sebagai suatu pengalaman kreatif. Untuk kelas rendah bahan pembelajarannya bersifat sangat sederhana. Secara umum, bahan pembelajaran menyimak harus disertai dengan pertanyaan-pertanyaan dan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa SD.

Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Sifat kegiatannya sangat kompleks, sebab banyak faktor yang terkait di dalamnya. Faktor pemahaman dalam berbicara memegang peranan penting karena tanpa pemahaman kegiatan berbicara akan tersendat-sendat. Klasifikasi berbicara dapat dilakukan berdasarkan tujuannya, situasinya, cara penyampaiannya, dan jumlah pendengarnya. Pembelajaran berbicara harus dikaitkan dengan keterampilan berbahasa lainnya.


MODUL 7
PENILAIAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBAHASA DI SD

Kegiatan Belajar 1
Model Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Tulis

Penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa tulis, mencakup penilaian membaca dan menulis. Teknik penilaiannya menggunakan tes. Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa membaca adalah tes pemahaman kalimat dan tes pemahaman wacana. Sedangkan untuk mengukur kemampuan siswa menulis digunakan tes pratulis, tes menulis terpandu, dan tes menulis bebas.

Kegiatan Belajar 2
Model Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Lisan

Penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa lisan mencakup penilaian menyimak dan berbicara. Teknik penilaiannya menggunakan tes. Jenis tes untuk mengukur kemampuan menyimak adalah tes respons terbatas, tes respons pilihan ganda, dan tes komunikasi luas. Tes untuk mengukur kemampuan berbicara adalah tes respons terbatas, tes terpandu, dan tes wawancara.


MODUL 8
PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Sastra Anak

Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.

Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu (1) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda mati, (2) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain manusia, dan (3) sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia itu sendiri.

Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya.

Kegiatan Belajar 2
Apresiasi Sastra Anak

  1. Apresiasi berarti (a) kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya; (b) penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu; dan (c) kenaikan nilai barang karena harga pasarnya naik atau permintaan akan barang itu bertambah. Sehubungan dengan materi pembelajaran sastra anak ini, pengertian apresiasi yang kita maksudkan di sini adalah pengertian pertama dan kedua, yaitu (a) kesadaran kita terhadap nilai-nilai seni dan budaya (sastra anak), dan (b) penilaian atau penghargaan kita terhadap sesuatu (sastra anak).
  2. Ada tiga batasan apresiasi sastra anak, yaitu (a) Apresiasi sastra anak adalah penghargaan (terhadap karya sastra anak) yang didasarkan pada pemahaman; (b) Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas karya sastra anak sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra anak; dan (c) Apresiasi sastra anak adalah kegiatan menggauli cipta sastra anak dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra anak.
  3. Dalam melaksanakan apresiasi sastra anak itu kita dapat melakukan beberapa kegiatan, antara lain (a) kegiatan apresiasi langsung, yaitu membaca sastra anak, mendengar sastra anak ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan menonton pertunjukan sastra anak dipentaskan; (b) kegiatan apresiasi tidak langsung, yaitu mempelajari teiri sastra, mempelajari kritik dan esai sastra, dan mempelajari sejarah sastra; (c) pendokumentasian sastra anak, dan (d) melatih kegiatan kreatif mencipta sastra atau rekreatif dengan mengungkapkan kembali karya sastra yang dibaca, didengar atau ditontonnya.
  4. Ada tiga tingkatan atau langkah dalam apresiasi sastra anak, yaitu (a) seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam cipta sastra anak, ia terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif; (b) setelah mengalami hal seperti itu, kemudian daya intelektual seseorang itu bekerja lebih giat menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasinya; dan (c) seseorang itu menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam.
  5. Setidaknya terdapat lima manfaat bagi kehidupan ketika mengapresiasi sastra anak, yaitu (a) manfaat estetis, (b) manfaat pendidikan, (c) manfaat kepekaan batin atau sosial, (d) manfaat menambah wawasan, dan (e) manfaat pengembangan kejiwaan atau kepribadian.

Kegiatan Belajar 3
Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak

  1. Pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar meliputi tiga tahapan yang harus dilalui seorang guru, yaitu (a) persiapan pembelajaran, (b) pelaksanaan pembelajaran, dan (c) evaluasi pembelajaran.
  2. Tahap persiapan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar bagi seorang guru dapat menyangkut dengan dirinya, yaitu (a) persiapan fisik, dan (b) persiapan mental. Fisik seorang guru harus sehat jasmaninya, tidak sakit-sakitan. Mentalnya pun harus sehat jiwanya, tidak sakit ingatan. Sementara itu, hal-hal teknis yang perlu dipersiapkan adalah (a) memilih bahan ajar, (b) menentukan metode pembelajaran, dan (c) menuliskan persiapan mengajar harian.
  3. Bahan ajar harus sesuai dengan anak didik sehingga pertimbangan usia anak didik menjadi pilihan utama. Keberagaman tema, keberagaman pengarang, dan bobot atau mutu karya sastra yang akan dijadikan bahan ajar juga menjadi pertimbangan yang matang. Menentukan metode harus disesuaikan dengan kemampuan guru dan kebutuhan serta kesesuaian dengan keadaan siswa. Menuliskan persiapan mengajar harian merupakan salah satu bentuk keprofesionalan seorang guru. Penulisan PMH itu juga menunjukkan bahwa guru siap secara lahir batin hendak menyampaikan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar.
  4. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar dapat dimulai dari kegiatan pra-KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) hingga KBM di kelas. Kegiatan pra-KBM dapat dilakukan dengan memberi salinan atau kopi teks sastra, diberi tugas membaca, menghafalkan, meringkas atau mencatat dan menemukan arti kata-kata sukar yang terdapat dalam teks sastra. KBM di kelas dapat dilakukan dengan memberi tugas membaca sajak, membaca cerita, berdeklamasi atau mendongeng di depan kelas, Setelah itu baru diadakan tanya jawab, menuliskan pendapat, dan berdiskusi bersama merumuskan isi, tema, dan amanat.
  5. Evaluasi pembelajaran apresiasi sastra itu hendaknya mengandung tiga komponen dasar evaluasi, yaitu (a) kognisi, (b) afeksi, dan (c) keterampilan. Pada umumnya dikenal dua bentuk penilaian, yaitu (a) penilaian prosedur, yang meliputi penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar, dan (b) instrumen atau alat penilaian, yang meliputi tanya jawab, penugasan, esai tes dan pilihan ganda.

 

MODUL 9
KAMUS

Kegiatan Belajar 1
Hakikat dan Manfaat Kamus

Kata kamus dipinjam dari bahasa Arab qamus, dengan bentuk jamaknya qawamis. Dalam KBBI (1995:438) kamus berarti (a) buku acuan yang memuat kata dan ungkapan yang biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang maknanya, pemakaiannya atau terjemahannya; (b) buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya.

Dilihat dari bahasa yang digunakan kamus dapat dibagi atas tiga macam, yaitu (a) kamus ekabahasa, (b) kamus dwibahasa, dan (c) kamus aneka bahasa (multibahasa). Uraian makna kata dalam kamus standar lengkap dengan label pemakaiannya, misalnya label ragam bahasa, label dialek regional atau dialek sosial, dan label dialek temporal.

Kamus berfungsi sebagai petunjuk bagi masyarakat pemakai bahasa Indonesia untuk mengetahui seluk-beluk bahasa dan sumber acuan yang dipakai sebagai pola panutan pemakainya, baik dalam segi ejaan, bentuk dan fonem.

0 komentar:

Posting Komentar