MACAN PENJAGA HUTAN
Pada zaman dahulu di sebuah hutan pinggir desa, hiduplah seorang anak dengan keluarga tercintanya, ia bernama Bolangga. Ia akrab dengan panggilan Si Bolang. Bolang adalah anak pemberani. Sejak kecil, Bolang tak pernah takut bermain- main di dalam hutan di belakang rumahnya. Hutan GumĂȘng namanya. Pohon Jati dan semak tumbuh lebat disana. Padahal menurut cerita ibunya, hutan itu menjadi sarang macan dan binatang buas lainnya.
“Saya tidak percaya ada macan di dalam hutan.” Tegas Bolang kepada ibunya.
Saat itu ibunya menakut- nakuti, supaya Bolang tidak suka bermain- main di dalam hutan. Ibunya khawatir, kalau tiba- tiba ada pohon yang tumbang, atau binatang berbahaya seperti ular berbisa yang menggigit putra tunggalnya itu.
“Kamu jangan sok pemberani,” ujar ibunya.
Bolang tergelak, “Saya kan anak laki- laki, Bu. Kalau penakut, tidak pantas!”.
Ibunya lantas tidak lagi menakut- nakuti. Akan tetapi karena sayang kepada Bolang, ibunya selalu mengawasinya.
Dan pada suatu siang, sepulang sekolah. Bolang bermain bola di dalam hutan. Tiba- tiba, Bolang melihat dua orang pria seumur ayahnya sedang duduk di bawah pohon jati terbesar. Mereka tampak berdiskusi.
Dengan berpura- pura bermain bola. Bolang mencoba mendengarkan perbincangan kedua orang itu. Bolang tidak mengenal mereka.
“Nanti malam, sehabis magrib, pohon jati ini kita tebang. Jangan khawatir, tidak ada yang menjaga hutan ini.”
“Ya, setuju! Pasti, kayu jati ini bisa kita jual dengan harga tinggi.”
“Kita tebang berdua saja. Biar kita tidak repot membagi uangnya, setelah kayu jati ini terjual.”
“Setuju. Akan tetapi, kita berdua harus bekerja keras. Setelah pohon jati ini tumbang, kita harus membelah- belahnya dengan gergaji, agar kita tidak keberatan mengangkutnya satu persatu.”
Bolang buru- buru menggiring bolanya dan pulang ke rumah. Otaknya berputar keras. Bagaimana cara menggagalkan penjarahan hutan yang akan di lakukan oleh kedua orang penebang liar itu?
Tiba- tiba, Bolang mendapat ide. Ia memiliki koleksi topeng macan. Jumlahnya ada lima. Ya, lima topeng macan itu akan di pajang di beberapa tempat di sekitar pohon jati terbesar yang hendak di tebang oleh dua orang penjarah hutan itu. Masing- masing topeng macan akan diikat dengan benang. Dan dengan benang itu, Bolang akan menggerakkan topeng- topeng dari teras belakang rumahnya. Ia berharap, dua orang penjarah hutan itu akan ketakutan, karena mengira topeng- topeng macan yang bergerak itu sebagai macan sungguhan.
Sehabis magrib, Bolang sudah siap menggerakkan topeng- topeng macannya yang dipancangkan dengan kayu di lima penjuru di sekitar pohon jati besar itu. Tiba- tiba, telinga Bolang mendengar raungan gergaji mesin. Lalu, segera ujung benang di tangannya di tarik- tarik. Dan tiba tiba, suara raungan gergaji itu berhenti untuk selamanya.
“Dasar pencuri pengecut! Takut tertangkap, juga takut diterkam macan!” Bolang bersorak gembira.
“Eh, kamu berbicara dengan siapa?” tegur ibunya yang memergoki Bolang sedang menarik- narik benang di teras belakang.
“Saya baru saja mengusir para penebang liar, Bu. Mereka pasti ketakutan dan sudah kabur.” Jawab Bolang.
Dan keesokan paginya, Bolang mencoba memeriksa pohon jati terbesar yang hendak ditebang oleh dua orang penebang liar itu. Tampak pohon itu sudah terluka bekas gergajian .Dan di bawah pohon itu, ada segulung tali dan dua belah parang. Pasti penebang liar itu sangat ketakutan dan buru- buru kabur, sehingga tali dan parangnya tertinggal.
Sejak saat itu, banyak orang yang berkata bahwa di hutan itu ada banyak macan. Ya, macan penjaga hutan. Macan- macan itu akan muncul dan siap menerkam siapa saja yang berani menjarah kayu di dalam hutan itu.
“Untuk menyelamatkan hutan, memang harus dengan akal,” guman Bolang.
0 komentar:
Posting Komentar